![]() |
Imgae BNN |
Memiliki
buah hati remaja terutama yang hidup di era moderen seperti sekarang memang
membutuhkan perhatian dan pengawasan ekstra. Bukan berarti kita harus mengekang
mereka dengan ketat karena bisa semakin membuat mereka penasaran dan menjadi
pemberontak. Namun bukan juga dengan “pemakluman” luar biasa yang terkesan
lemah sehingga membuat buah hati merasa kesalahan-kesalahannya adalah hal
biasa. Jadi intinya kita memang harus tarik ulur antara lembut tapi tegas.
Keras tapi penuh kasih, cinta dan perlindungan.
Jaman
semakin pesat berkembang, terutama di jaman serba instan dan cepat seperti
sekarang, dimana informasi dengan mudah cepat menyebar dan sampai ke masyarakat
melalui berbagai media. Terutama media internet dan TV yang selalu update bukan
lagi dalam hitungan jam tapi dalam hitungan detik. Internet bagi remaja
sekarang bukan lagi barang aneh dan mahal. Dalam sekejap mereka bisa
menikmatinya kapan saja dan di mana saja.
Saya
tinggal di sebuah kawasan pinggiran Jakarta tepatnya Tanjung Priok di salah
satu Kelurahan padat penduduk. Lingkungan saya, remaja tanggung usia belasan
tahun bisa dibilang adalah sebagian sahabat saya. Mereka masih dalam usia
labil, masih salam pencarian jati diri. Seperti yang dikatakan salah seorang
dokter Anak Pembicara disebuah diskusi yang saya hadiri “Bagi seorang remaja,
Aku adalah Aku”. Yang artinya mereka akan banyak melakukan hal berdasarkan apa
yang mereka pikirkan dan mereka anggap benar. Karena itu pengaruh buruk dari
lingkungan akan dengan mudah masuk dalam diri mereka. Doktrin dan opini salah
namun terlihat benar akan dengan mudah pula mereka serap dengan cepat dan
praktekan. Dan diusia ini juga remaja rawan terpengaruh narkoba dari informasi
dan doktrin pembenaran dari berbagai opini yang mereka temukan tersebut dari
berita di berbagai media yang mereka nikmati. Karena itu perhatian ekstra
memang benar-benar harus dilakukan oleh orang tua.
Bagaimana
hubungan antara berita dan informasi bisa mempengaruhi seorang remaja untuk
terjerumus dalam jeratan Narkoba?
Meski
saya pernah menjadi remaja namun era saya memang sudah sangat jauh berbeda
dengan sekarang. Dulu belum ada internet, TV Nasional hanya beberapa dengan
siaran siaran masih terbatas, praktis lingkungan keluarga, sekitar rumah dan
sekolah adalah yang utama bagi saya. Namun ada beberapa hal yang tetap sama.
Seperti mulai penasaran pada banyak hal, mulai memperhatikan lawan jenis dan
memiliki rasa suka. Mulai suka kumpul dan nongkrong bareng sahabat ala ABG
gaul.
Mulai
mengidolakan artis ganteng dan cantik, meniru gaya mereka dari pakaian dan
berbicara meski hanya bisa melihat mereka sekilas pintas di TV dan media cetak.
Nah, fenomena inilah yang sekarang harus benar-benar mendapat perhatian. Karena
fasilitas informasi saat ini sudah sangat mumpuni dan mampu mengantarkan berita
baik, buruk, hoax dan benar dengan cepat pada seorang remaja.
Kita
semua tahu, perkembangan dunia entertainment Indonesia juga ikut mengalamai
perkembangan pesat termasuk masalah penyampaian berita ke khalayak. Kalau dulu
berita buruk cenderung malu-malu kucing maka sekarang sudah berani terbuka,
bahkan ibarata “tubuh manusia” sudah telanjang bulat. Meski masyarakat
Indonesia terkenal sebagai masyarakat berbudaya timur tapi ternayat dalam hal
ini cenderung mengalami pergeseran berkiblat ke budaya barat. Setiap hari
sekarang kita bisa melihat, membaca dan mendengar narasi berita banyak artis
dengan berbagai kasus kontroversi mereka. Salah satunya tentu saja masalah
Narkoba. Artis terjerat dan terjerumus Narkoba yang beritanya terkadang bisa
lebih heboh dan mendapat banyak perhatian dari pada kasus kemiskinan atau
kelaparan. Namun bagi para pembuat berita, ini moment paling “menghasilkan”
secara materi. Dan semua ini tak terbendung hingga sekarang.
Saya
masih ingat bagaimana hebohnya kasus presenter kondang yang digrebek di
rumahnya karena diduga sedang pesta Narkoba. Yang menjadi kontroversi,
banyak berita muncul yang kebenarannya tidak bisa dipertanggungjawabkan bahwa
penggerebekan itu bermuatan “Politis” atau dendam pribadi dari sang mantan dan
sebagainya. Entahlah, bukan bagian saya membahas ini. biar menjadi rahasia
mereka semua yang terlibat dan Tuhan. Yang saya sorot adalah pemberitaan yang
terus menerus dan rembetan-rembetan selanjutnya. Dan tradisi ‘aksisitas’ yang
buruk pun akanntampil diberbagai layar dan pemberitaan. Semua sahabat dan
keluarga si artis muncul dengan berbagai kalimat pembelaaan luar biasa.
Akhirnya membuat penggiringan opini bahwa si artis sebenarnya tidak bersalah.
Dan ini sebenarnya tidak hanya terjadi pada kasus presenter ini saja. Tapi juga
pada kasus Narkoba lain.
Bahkan
saat ada kekasih Pengedar yang sudah dijatuhi hukuman mati bisa dengan bebas
dan leluasa keluar masuk berkunjung dan memberi steatment dengan bebas,
duh…sangat memprihatinkan. Bahkan seolah seperti ada persaingan ‘eksis’ di
depan kamera bagi semua orang.
Nah,
perkembangan entertainment global saat juga ini sangat pesat. Selain Barat yang
kiblat dan pusatnya di Amerika, dan timur berkiblat di Hongkong, Taiwan, China dan
Jepang, sekarang muncul fenomena baru dari Korea Selatan yang dikenal dengan
Kpop alias Korean Pop yang oleh penggemarnya di seluruh dunia juga biasa
disebut dengan Hallyu Wave atau Gelombang Hallyu. Dan sudah pasti remaja
Indonesia adalah salah satu basis besar penggemarnya. Meski banyak juga yang
menjadi hatters Kpop di Indonesia, namun saya melihat sebuah fenomena menarik.
Jadi
kepopuleran Kpop di Indonesia menurut pendapat saya sekarang sudah sangat luas.
Nah, Kpop juga salah satu alasan yang membuat saya bisa bersahabat dan sering
saling bertukar cerita dengan beberapa remaja tanggung yang masih duduk di
bangku SMP disekitar tempat tinggal saya sekarang. Saya dan remaja-remaja ini
sering berbagi informasi dan sekedar ngerumpi tentang album terbaru, film dan
draa terbaru dari para idola Kpop. Kpop itu memiliki budaya sosial yang sangat
ketat, dimana seorang artis harus benar-benar menunjukan image baik dan nyaris
sempurna di depan umum. Tidak boleh dan tidak bisa ada berita negative sedikit
maka akan berbahaya bagi karir mereka. Apalagi kalau berita itu menyangkut
kasus negative seperti terlibat penggunaan Narkoba, maka kehancuran karir sudah
menari-nari ndi depan mata. Image sebuah produk, image harga saham perusahaan
entertainment akan iikut terpengaruh semua. Dan bisa dipastikan paling tidak
dalam waktu minimal satu tahun sang artis tak akan bisa melaukan aktifitas
apapun di dunia keartisan. Bahkan yang lebih “dalam” biasanya saat kasus
meledak ke public sudah pasti si artis, perusahaan management dan seluruh pihak
terkait akan menulis permintaan maaf di semua lini. Mulai di media elektronik,
media cetak hingga akun pribadi. Dan kalimat yang tidak akan ketinggalan adalah
“Kami bungkukan (atau tundukan) kepala sedalam-dalamnya untuk semua fans yang telah
kecewa pada kami yang telah melakukan kesalahan, maka dari itu kami akan
melakukan refleksi diri” dan inti dari semua adalah permintaan maaf pada
masyarakat, terutama fans yang mayoritas remaja dan telah rela mengeluarkan
uang lebih untuk membeli karya mereka di semua asmpek (konser, fans meeting,
alnum, menonton drama, membeli produk yang mereka iklankan dan sebagainya)
namun sang idola ternyata tidak bisa member contoh yang baik, malah berperilaku
mengecewakan. Dan setelahnya, kejadian bisa ditebak, si idola alias artis akan
vakum dari dunia hiburan untuk waktu yang cukup lama. Bahkan untuk kembali
beraktifitas kembali meski sudah sekian tahun mereka biasanya akan melakukan
dengan bertahap untuk melihat lebih dahulu, apakah masyarakat sudah bisa menerima
dan memaafkan mereka. Karena itu seorang artis idola di Korea Selatan
benar-benar dituntut untuk menjaga perilaku dan image di depan publik.
Dan
selama berkasus jangan pernah membayangkan ada keluarga, sahabat atau pihak
terdekatnya yang hadir kehadapan public untuk numpang narsis dan eksis. Yang
ada semua kontrak iklan mereka langsung dihentikan oleh semua brand, semua TV
akan mengeluarkan pernyataan tidak akan menampilkanmereka diatas panggung dan
management mereka sendiri dengan ‘”bijak” akan berkata “Akan mendidik mereka
lagi dengan baik, akan membantu mereka merefleksikan diri. Member merek
kesempatan intropeksi diri” yang menurut saya sebagai salah satu Kpopers
(sebutan fans Kpop) sebenarnya ini adalah bahasa lain dari “Mendepaknya
sementara dari dunia hiburan tanpa batas waktu tak tentu, karena imagenya
sedang berada di titik terbawah”.
Memang
terkadang terkesan “jaim”. bagi hatters ini dianggap sebagai pencitraan, tapi
bagi Lovers ini adalah sebuah pendidikan kebaikan. Saya sendiri selalu berusaha
memandang dengan proporsional dan menerapkan ilmu “ambil yang baik, buang yang
buruk”.
Jadi
sahabat-sahabat remaja saya ini pernah bertanya pada saya tentang hal ini dan
pertanyaan mereka sangat kritis dan cukup menohok. Bahkan sempat membuat saya
mengernyitankan dahi cukup lama, untuk berpikir jawaban yang tepat.agar saya
tidak terlihat gagap di depan mereka.
Jadi
para remaja tanggung ini bertanya dengan kritis “Kenapa kalau di Indonesia
artis terkena kasus Narkoba itu sepertinya dianggap biasa saja, Bahkan banyak
yang membela. Bahkan setelahnya dengan mudah justru orang-orang yang terlibat
di dalamnya yang terkadang ikut mendompleng tenar dari kasus tersebut banyak
dilirik produser. Sedang artis tenar yang terlibat dengan mudah kembali bisa
eksis tanpa ada masalah. Bahkan itu dianggap sebagai cobaan hidup, bukankah itu
kesalahan mereka sendiri? Kan mereka sudah dewasa dan tahu mana yang baik dan
benar? Dan mayoritas mereka jarang mengucapkan permintaan maaf telah
mengecewakan penggemar, bahkan bisa jadi contoh bahwa tindakan mereka adalah
tindakan “biasa saja” yang malah menunjukan seolah memakai Narkoba itu bukan
kesalahan, bukan hal buruk. Sangat berbeda dengan artis Kpop, yang kebalikan
dari semua itu”. Ya, anak kelas 3 SMP menyakan pertanyaan yang cukup rumit dan
membutuhkan otak saya sedikit bekerja lebih keras untuk memikirkan jawaban yang
tepat dan mudah dipahami mereka.
Akhirnya
saya menjelaskan sesuai kemampuan dan pengetahuan saya bahwa “Budaya orang
Korea dan Indonesia itu berbeda meski sama-sama berbasic adat ketimuran.
Masing-masing memiliki sisi positif dan negatif yang bisa kita pelajari dan
diambil yang baiknya, buang yang buruknya. Indonesia Negara dengan adat timur
yang masih kuat prinsip beragamanya dan salah satu yang diajarkan oleh agama apapun
agamanya adalah saling perhatian, mengasihi, memaafkan kesalahan dan selalu
terbuka pintu taubat. Meski terkadang saking perhatian dan menyayangi kesan
yang timbul adalah ikut campur. Orang yang pernah terkena narkoba berhak
dimaafkan dan mendapat kesempatan menebus kesalahannya. Dan kejadian seperti
artis-artis Indonesia ini salah satu contohnya bahwa memaafkan itu masih
menjadi budaya kuat yang baik untuk diterapkan. Berbeda dengn Korea yang
menganggap agama itu sangat privacy dan urusan masing-masing, dan tidak lebih
utama dari sebuah profesionalitas di depan masyarakat karena profesionalitas
menghasilkan value yang mampu memberi kemakmuran bagi masyarakat luas. Yang
mana dalam masyarakat Korea, penebusan kesalahan dihadapan masyarakat itu harus
karena para idola dianggap panutan bagi banyak penggemarnya dan kasus mereka
juga bisa menodai profesionalitas yang pasti juga akan mempengaruhi nilai jual
mereka dan image perusahaan. Namun di sisi lain hal ini juga menjadi tekana
mental yang berat bagi para pelaku yang juga hanya seorang manusia biasa yang
tak luput dari khilaf, sehiengngga membuat kasus bunuh diri disana juga tinggi.
Karena itu intinya kedisiplinan, tata karma dan sikap menghargai dalam adat dan
budaya Korea memang layak di tiru tapi sikap saling memaafkan dalam adat dan
budaya Indonesia juga wajib kita jalani sebagai umat beragama. Soal pecandu
narkoba, intinya di Indonesia dan Korea sama, bahwa pecandu Narkoba itu buruk,
negative dan member damp[ak kerusakan luar biasa untuk generasi penerus bangsa.
Hanya beda cara menyikapinya saja. Jadi ambilah yang baik dari perpaduan
keduanya dan buang yang buruk” kurang lebih inilah penjelasan saya. Namun dalam
penyampaian saat berkomunikasi mendiskusikan hal ini dengan para sahabat
bremaja saya ini, tentu menggunakan bahasa “kami”. Ya, bahasa gaul antara Ibu
rumah tangga dengan sahabat remajanya yang tetap berusaha memilih bahasa yang
mudah dimengerti dan diterima oleh mereka. Dan mereka cukup mengerti.
Dari
sini akhirnya saya berpikir “Bagaimana dengan remaja yang lain menghadapi
pertanyaan serupa? Paad siapa mereka bertanya? Sudah mendapatkan tempat curhat
dan bertanya yang tepatkah mereka? Pahamkah orang tua mereka bahwa
tayangan-tayangan di TV yang menampilkan berita-berita sensasional seperti yang
selama ini ditayangkan oleh Infotaiment dan disukai banyak remaja karena
menampilkan idola mereka ternyata bisa mempengaruhi pola pikir remaja
tersebut?”
Bahwa
acara yang menayangkan berita artis dan deretan orang terkenal lain yang
terjerat narkoba itu sangat laku untuk dijual terutama dari sisi melankolis
yang bahkan cenderung lebay tapi mengahsilkan value luar biasa itu ternyata
bisa mendoktrin pikiran remaja bahwa “Artis tetap laku kok, bahkan tambah laku
setelah terjerat kasus Narkoba”, “Para produser masih tetap sayang mereka kok,
bahkan tambah sayang setelah mereka keluar dari jeruji besi atau
pusatbrehabilitasi, bahkan terkadang di berikan sambutan luar biasa oleh para
sahabatnya. Trus langsung dibuatkan program khusus berjam-jam sebagai tanda kembalinya
karir mereka di TV dan diliput dengan wah oleh banyak kamera. Dan justru
semakin terlihat keren”
Banyak
orang tua, lingkungan dan pemerintah yang tidak menyadari hal ini, menganggap
semua “biasa saja tuh” . padahal dari yang biasa saja bisa berubah jadi “luar
biasa” mengkwatirkannya. Diam-diam menjadi doktrin dalam kepala remaja bahwa
“Di Indonesia hal ini biasa saja kok, malah terlihat keren dan jadi jalan
pintas menuju neksisitas”.
Duh,
hal seperi inilah yang benar-benar harus diperhatikan oleh para orang tua untuk
terus mendampingi buah hari menyaring berita dan informasi dari berbagai
penjuru. Untuk member penjelsana mana yang baik dan buruk. Mana yang pantas dan
tidak, bukan malah ikut terhanyut di dalamnya. Memberi bimbingan dan pendidikan
agama dan karakter yang kuat adalah hal paling utama. Boleh saja mengagumi
seseorang yang dianggap inspiratif dan terkenal dengan karyan-karyanya terutama
dari dunia hiburan, tapi memilah dan menyaring apa yang baik dan buruk tetap
yang utama. Seperti menjelaskan “Kenapa dinamai dunia hiburan?” karena
pekerjaan mereka adalah mengahasilkan karya yang bertujuan mampu menghibur
banyak orang. Menghibur disaat lelah, mendengarkan suara merdu idola menyayikan
sebiah lagu tentu menjadi hiburan tersendiri.
Kenapa
mereka dibayar mahal saat tampil menghibur? Karena itu bukan pekerjaan mudah,
di mana mereka harus syuting pagi buta hingga pagi lagi untuk mengahsilakn
sebuah tayangan hiburan bagi ratusan ribu masyarakat, karena itu dia dibayar
mahal. Jadi agar si buah hati bisa belajar sebuah kerja keras, bukan hanya
sekedar tahu nahwa setelah kelaur dari penjara karena kasus Narkoba mereka
tetap dibayar mahal dan itu terlihat keren.
Dan
semua pemahaman ini memang membutuhkan kesabaran dari para orang tua untuk
menyampaikan dan memberikan pengertian pada buah hati, terutama saat mereka
berada dinusia remaja. Dibutuhkan komunikasi yang intens dan terarah agar mudah
dipahami tanpa kesan menggurui. Agar selalu tertanam dalam pikiran mereka
hal-hal yang baik. Kita btidak bisa membendung derasnya arus informasi yang
terus mengalir dan berseliweran setiap saat di berbagai media, yang bisa
dilakukan adalah mendampingi buah hati menyaring mana yang baik dan benar. Mana
yang terlihat ‘benar’ padahal salah dan sebaliknya.
Cara
paling baik juga kita berusaha memahami dunia mereka. Mencari tahu apa kesukaan
mereka, siapa idola mereka. Kalau mereka mengagumiserorang idola, akan lebih baik
sebagai orang tua kita ikut mencari tahu dan memperhatikan idolanya. Mereka suka
Kpop, Jpop, Barat maka bukan hal tabu sebagai orang tua ikut gaul bersama
mereka tanpa terkesan sebagai mata-mata.
Ini
adalah salah satu cara sederhana yang bisa diterapkan oleh para orang tua untk
mendukung program P4GN dari BNN dengan Indonesia Bergegas mewujudkan Indonesia
Bebas Narkoba. Karena kelangsungan Negara ini di masa depan ada di tangan
remaja-remaja dan buah hati kita semua. Sebenarnya bukan sekedar mendukun
program BNN, tapi juga menjaga buah hati kita yang dipercayakan oleh Allah SWT
pada kita sebagai orang tua agar terhindar dari jerat barang haram Narkoba.
Salam
Anti Narkoba!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar