Pages

Jumat, 25 April 2014

Dampingi Remaja Menyaring Informasi

Imgae BNN


Memiliki buah hati remaja terutama yang hidup di era moderen seperti sekarang memang membutuhkan perhatian dan pengawasan ekstra. Bukan berarti kita harus mengekang mereka dengan ketat karena bisa semakin membuat mereka penasaran dan menjadi pemberontak. Namun bukan juga dengan “pemakluman” luar biasa yang terkesan lemah sehingga membuat buah hati merasa kesalahan-kesalahannya adalah hal biasa. Jadi intinya kita memang harus tarik ulur antara lembut tapi tegas. Keras tapi penuh kasih, cinta dan perlindungan.

Jaman semakin pesat berkembang, terutama di jaman serba instan dan cepat seperti sekarang, dimana informasi dengan mudah cepat menyebar dan sampai ke masyarakat melalui berbagai media. Terutama media internet dan TV yang selalu update bukan lagi dalam hitungan jam tapi dalam hitungan detik. Internet bagi remaja sekarang bukan lagi barang aneh dan mahal. Dalam sekejap mereka bisa menikmatinya kapan saja dan di mana saja.



Saya tinggal di sebuah kawasan pinggiran Jakarta tepatnya Tanjung Priok di salah satu Kelurahan padat penduduk. Lingkungan saya, remaja tanggung usia belasan tahun bisa dibilang adalah sebagian sahabat saya. Mereka masih dalam usia labil, masih salam pencarian jati diri. Seperti yang dikatakan salah seorang dokter Anak Pembicara disebuah diskusi yang saya hadiri “Bagi seorang remaja, Aku adalah Aku”. Yang artinya mereka akan banyak melakukan hal berdasarkan apa yang mereka pikirkan dan mereka anggap benar. Karena itu pengaruh buruk dari lingkungan akan dengan mudah masuk dalam diri mereka. Doktrin dan opini salah namun terlihat benar akan dengan mudah pula mereka serap dengan cepat dan praktekan. Dan diusia ini juga remaja rawan terpengaruh narkoba dari informasi dan doktrin pembenaran dari berbagai opini yang mereka temukan tersebut dari berita di berbagai media yang mereka nikmati. Karena itu perhatian ekstra memang benar-benar harus dilakukan oleh orang tua.

Bagaimana hubungan antara berita dan informasi bisa mempengaruhi seorang remaja untuk terjerumus dalam jeratan Narkoba?

Meski saya pernah menjadi remaja namun era saya memang sudah sangat jauh berbeda dengan sekarang. Dulu belum ada internet, TV Nasional hanya beberapa dengan siaran siaran masih terbatas, praktis lingkungan keluarga, sekitar rumah dan sekolah adalah yang utama bagi saya. Namun ada beberapa hal yang tetap sama. Seperti mulai penasaran pada banyak hal, mulai memperhatikan lawan jenis dan memiliki rasa suka. Mulai suka kumpul dan nongkrong bareng sahabat ala ABG gaul.

Mulai mengidolakan artis ganteng dan cantik, meniru gaya mereka dari pakaian dan berbicara meski hanya bisa melihat mereka sekilas pintas di TV dan media cetak. Nah, fenomena inilah yang sekarang harus benar-benar mendapat perhatian. Karena fasilitas informasi saat ini sudah sangat mumpuni dan mampu mengantarkan berita baik, buruk, hoax dan benar dengan cepat pada seorang remaja.

Kita semua tahu, perkembangan dunia entertainment Indonesia juga ikut mengalamai perkembangan pesat termasuk masalah penyampaian berita ke khalayak. Kalau dulu berita buruk cenderung malu-malu kucing maka sekarang sudah berani terbuka, bahkan ibarata “tubuh manusia” sudah telanjang bulat. Meski masyarakat Indonesia terkenal sebagai masyarakat berbudaya timur tapi ternayat dalam hal ini cenderung mengalami pergeseran berkiblat ke budaya barat. Setiap hari sekarang kita bisa melihat, membaca dan mendengar narasi berita banyak artis dengan berbagai kasus kontroversi mereka. Salah satunya tentu saja masalah Narkoba. Artis terjerat dan terjerumus Narkoba yang beritanya terkadang bisa lebih heboh dan mendapat banyak perhatian dari pada kasus kemiskinan atau kelaparan. Namun bagi para pembuat berita, ini moment paling “menghasilkan” secara materi. Dan semua ini tak terbendung hingga sekarang.

Saya masih ingat bagaimana hebohnya kasus presenter kondang yang digrebek di rumahnya karena diduga sedang pesta Narkoba. Yang menjadi kontroversi, banyak berita muncul yang kebenarannya tidak bisa dipertanggungjawabkan bahwa penggerebekan itu bermuatan “Politis” atau dendam pribadi dari sang mantan dan sebagainya. Entahlah, bukan bagian saya membahas ini. biar menjadi rahasia mereka semua yang terlibat dan Tuhan. Yang saya sorot adalah pemberitaan yang terus menerus dan rembetan-rembetan selanjutnya. Dan tradisi ‘aksisitas’ yang buruk pun akanntampil diberbagai layar dan pemberitaan. Semua sahabat dan keluarga si artis muncul dengan berbagai kalimat pembelaaan luar biasa. Akhirnya membuat penggiringan opini bahwa si artis sebenarnya tidak bersalah. Dan ini sebenarnya tidak hanya terjadi pada kasus presenter ini saja. Tapi juga pada kasus Narkoba lain.

Bahkan saat ada kekasih Pengedar yang sudah dijatuhi hukuman mati bisa dengan bebas dan leluasa keluar masuk berkunjung dan memberi steatment dengan bebas, duh…sangat memprihatinkan. Bahkan seolah seperti ada persaingan ‘eksis’ di depan kamera bagi semua orang.

Nah, perkembangan entertainment global saat juga ini sangat pesat. Selain Barat yang kiblat dan pusatnya di Amerika, dan timur berkiblat di Hongkong, Taiwan, China dan Jepang, sekarang muncul fenomena baru dari Korea Selatan yang dikenal dengan Kpop alias Korean Pop yang oleh penggemarnya di seluruh dunia juga biasa disebut dengan Hallyu Wave atau Gelombang Hallyu. Dan sudah pasti remaja Indonesia adalah salah satu basis besar penggemarnya. Meski banyak juga yang menjadi hatters Kpop di Indonesia, namun saya melihat sebuah fenomena menarik.

Jadi kepopuleran Kpop di Indonesia menurut pendapat saya sekarang sudah sangat luas. Nah, Kpop juga salah satu alasan yang membuat saya bisa bersahabat dan sering saling bertukar cerita dengan beberapa remaja tanggung yang masih duduk di bangku SMP disekitar tempat tinggal saya sekarang. Saya dan remaja-remaja ini sering berbagi informasi dan sekedar ngerumpi tentang album terbaru, film dan draa terbaru dari para idola Kpop. Kpop itu memiliki budaya sosial yang sangat ketat, dimana seorang artis harus benar-benar menunjukan image baik dan nyaris sempurna di depan umum. Tidak boleh dan tidak bisa ada berita negative sedikit maka akan berbahaya bagi karir mereka. Apalagi kalau berita itu menyangkut kasus negative seperti terlibat penggunaan Narkoba, maka kehancuran karir sudah menari-nari ndi depan mata. Image sebuah produk, image harga saham perusahaan entertainment akan iikut terpengaruh semua. Dan bisa dipastikan paling tidak dalam waktu minimal satu tahun sang artis tak akan bisa melaukan aktifitas apapun di dunia keartisan. Bahkan yang lebih “dalam” biasanya saat kasus meledak ke public sudah pasti si artis, perusahaan management dan seluruh pihak terkait akan menulis permintaan maaf di semua lini. Mulai di media elektronik, media cetak hingga akun pribadi. Dan kalimat yang tidak akan ketinggalan adalah “Kami bungkukan (atau tundukan) kepala sedalam-dalamnya untuk semua fans yang telah kecewa pada kami yang telah melakukan kesalahan, maka dari itu kami akan melakukan refleksi diri” dan inti dari semua adalah permintaan maaf pada masyarakat, terutama fans yang mayoritas remaja dan telah rela mengeluarkan uang lebih untuk membeli karya mereka di semua asmpek (konser, fans meeting, alnum, menonton drama, membeli produk yang mereka iklankan dan sebagainya) namun sang idola ternyata tidak bisa member contoh yang baik, malah berperilaku mengecewakan. Dan setelahnya, kejadian bisa ditebak, si idola alias artis akan vakum dari dunia hiburan untuk waktu yang cukup lama. Bahkan untuk kembali beraktifitas kembali meski sudah sekian tahun mereka biasanya akan melakukan dengan bertahap untuk melihat lebih dahulu, apakah masyarakat sudah bisa menerima dan memaafkan mereka. Karena itu seorang artis idola di Korea Selatan benar-benar dituntut untuk menjaga perilaku dan image di depan publik.

Dan selama berkasus jangan pernah membayangkan ada keluarga, sahabat atau pihak terdekatnya yang hadir kehadapan public untuk numpang narsis dan eksis. Yang ada semua kontrak iklan mereka langsung dihentikan oleh semua brand, semua TV akan mengeluarkan pernyataan tidak akan menampilkanmereka diatas panggung dan management mereka sendiri dengan ‘”bijak” akan berkata “Akan mendidik mereka lagi dengan baik, akan membantu mereka merefleksikan diri. Member merek kesempatan intropeksi diri” yang menurut saya sebagai salah satu Kpopers (sebutan fans Kpop) sebenarnya ini adalah bahasa lain dari “Mendepaknya sementara dari dunia hiburan tanpa batas waktu tak tentu, karena imagenya sedang berada di titik terbawah”.

Memang terkadang terkesan “jaim”. bagi hatters ini dianggap sebagai pencitraan, tapi bagi Lovers ini adalah sebuah pendidikan kebaikan. Saya sendiri selalu berusaha memandang dengan proporsional dan menerapkan ilmu “ambil yang baik, buang yang buruk”.

Jadi sahabat-sahabat remaja saya ini pernah bertanya pada saya tentang hal ini dan pertanyaan mereka sangat kritis dan cukup menohok. Bahkan sempat membuat saya mengernyitankan dahi cukup lama, untuk berpikir jawaban yang tepat.agar saya tidak terlihat gagap di depan mereka.

Jadi para remaja tanggung ini bertanya dengan kritis “Kenapa kalau di Indonesia artis terkena kasus Narkoba itu sepertinya dianggap biasa saja, Bahkan banyak yang membela. Bahkan setelahnya dengan mudah justru orang-orang yang terlibat di dalamnya yang terkadang ikut mendompleng tenar dari kasus tersebut banyak dilirik produser. Sedang artis tenar yang terlibat dengan mudah kembali bisa eksis tanpa ada masalah. Bahkan itu dianggap sebagai cobaan hidup, bukankah itu kesalahan mereka sendiri? Kan mereka sudah dewasa dan tahu mana yang baik dan benar? Dan mayoritas mereka jarang mengucapkan permintaan maaf telah mengecewakan penggemar, bahkan bisa jadi contoh bahwa tindakan mereka adalah tindakan “biasa saja” yang malah menunjukan seolah memakai Narkoba itu bukan kesalahan, bukan hal buruk. Sangat berbeda dengan artis Kpop, yang kebalikan dari semua itu”. Ya, anak kelas 3 SMP menyakan pertanyaan yang cukup rumit dan membutuhkan otak saya sedikit bekerja lebih keras untuk memikirkan jawaban yang tepat dan mudah dipahami mereka.

Akhirnya saya menjelaskan sesuai kemampuan dan pengetahuan saya bahwa “Budaya orang Korea dan Indonesia itu berbeda meski sama-sama berbasic adat ketimuran. Masing-masing memiliki sisi positif dan negatif yang bisa kita pelajari dan diambil yang baiknya, buang yang buruknya. Indonesia Negara dengan adat timur yang masih kuat prinsip beragamanya dan salah satu yang diajarkan oleh agama apapun agamanya adalah saling perhatian, mengasihi, memaafkan kesalahan dan selalu terbuka pintu taubat. Meski terkadang saking perhatian dan menyayangi kesan yang timbul adalah ikut campur. Orang yang pernah terkena narkoba berhak dimaafkan dan mendapat kesempatan menebus kesalahannya. Dan kejadian seperti artis-artis Indonesia ini salah satu contohnya bahwa memaafkan itu masih menjadi budaya kuat yang baik untuk diterapkan. Berbeda dengn Korea yang menganggap agama itu sangat privacy dan urusan masing-masing, dan tidak lebih utama dari sebuah profesionalitas di depan masyarakat karena profesionalitas menghasilkan value yang mampu memberi kemakmuran bagi masyarakat luas. Yang mana dalam masyarakat Korea, penebusan kesalahan dihadapan masyarakat itu harus karena para idola dianggap panutan bagi banyak penggemarnya dan kasus mereka juga bisa menodai profesionalitas yang pasti juga akan mempengaruhi nilai jual mereka dan image perusahaan. Namun di sisi lain hal ini juga menjadi tekana mental yang berat bagi para pelaku yang juga hanya seorang manusia biasa yang tak luput dari khilaf, sehiengngga membuat kasus bunuh diri disana juga tinggi. Karena itu intinya kedisiplinan, tata karma dan sikap menghargai dalam adat dan budaya Korea memang layak di tiru tapi sikap saling memaafkan dalam adat dan budaya Indonesia juga wajib kita jalani sebagai umat beragama. Soal pecandu narkoba, intinya di Indonesia dan Korea sama, bahwa pecandu Narkoba itu buruk, negative dan member damp[ak kerusakan luar biasa untuk generasi penerus bangsa. Hanya beda cara menyikapinya saja. Jadi ambilah yang baik dari perpaduan keduanya dan buang yang buruk” kurang lebih inilah penjelasan saya. Namun dalam penyampaian saat berkomunikasi mendiskusikan hal ini dengan para sahabat bremaja saya ini, tentu menggunakan bahasa “kami”. Ya, bahasa gaul antara Ibu rumah tangga dengan sahabat remajanya yang tetap berusaha memilih bahasa yang mudah dimengerti dan diterima oleh mereka. Dan mereka cukup mengerti.

Dari sini akhirnya saya berpikir “Bagaimana dengan remaja yang lain menghadapi pertanyaan serupa? Paad siapa mereka bertanya? Sudah mendapatkan tempat curhat dan bertanya yang tepatkah mereka? Pahamkah orang tua mereka bahwa tayangan-tayangan di TV yang menampilkan berita-berita sensasional seperti yang selama ini ditayangkan oleh Infotaiment dan disukai banyak remaja karena menampilkan idola mereka ternyata bisa mempengaruhi pola pikir remaja tersebut?”

Bahwa acara yang menayangkan berita artis dan deretan orang terkenal lain yang terjerat narkoba itu sangat laku untuk dijual terutama dari sisi melankolis yang bahkan cenderung lebay tapi mengahsilkan value luar biasa itu ternyata bisa mendoktrin pikiran remaja bahwa “Artis tetap laku kok, bahkan tambah laku setelah terjerat kasus Narkoba”, “Para produser masih tetap sayang mereka kok, bahkan tambah sayang setelah mereka keluar dari jeruji besi atau pusatbrehabilitasi, bahkan terkadang di berikan sambutan luar biasa oleh para sahabatnya. Trus langsung dibuatkan program khusus berjam-jam sebagai tanda kembalinya karir mereka di TV dan diliput dengan wah oleh banyak kamera. Dan justru semakin terlihat keren”

Banyak orang tua, lingkungan dan pemerintah yang tidak menyadari hal ini, menganggap semua “biasa saja tuh” . padahal dari yang biasa saja bisa berubah jadi “luar biasa” mengkwatirkannya. Diam-diam menjadi doktrin dalam kepala remaja bahwa “Di Indonesia hal ini biasa saja kok, malah terlihat keren dan jadi jalan pintas menuju neksisitas”.

Duh, hal seperi inilah yang benar-benar harus diperhatikan oleh para orang tua untuk terus mendampingi buah hari menyaring berita dan informasi dari berbagai penjuru. Untuk member penjelsana mana yang baik dan buruk. Mana yang pantas dan tidak, bukan malah ikut terhanyut di dalamnya. Memberi bimbingan dan pendidikan agama dan karakter yang kuat adalah hal paling utama. Boleh saja mengagumi seseorang yang dianggap inspiratif dan terkenal dengan karyan-karyanya terutama dari dunia hiburan, tapi memilah dan menyaring apa yang baik dan buruk tetap yang utama. Seperti menjelaskan “Kenapa dinamai dunia hiburan?” karena pekerjaan mereka adalah mengahasilkan karya yang bertujuan mampu menghibur banyak orang. Menghibur disaat lelah, mendengarkan suara merdu idola menyayikan sebiah lagu tentu menjadi hiburan tersendiri.

Kenapa mereka dibayar mahal saat tampil menghibur? Karena itu bukan pekerjaan mudah, di mana mereka harus syuting pagi buta hingga pagi lagi untuk mengahsilakn sebuah tayangan hiburan bagi ratusan ribu masyarakat, karena itu dia dibayar mahal. Jadi agar si buah hati bisa belajar sebuah kerja keras, bukan hanya sekedar tahu nahwa setelah kelaur dari penjara karena kasus Narkoba mereka tetap dibayar mahal dan itu terlihat keren.

Dan semua pemahaman ini memang membutuhkan kesabaran dari para orang tua untuk menyampaikan dan memberikan pengertian pada buah hati, terutama saat mereka berada dinusia remaja. Dibutuhkan komunikasi yang intens dan terarah agar mudah dipahami tanpa kesan menggurui. Agar selalu tertanam dalam pikiran mereka hal-hal yang baik. Kita btidak bisa membendung derasnya arus informasi yang terus mengalir dan berseliweran setiap saat di berbagai media, yang bisa dilakukan adalah mendampingi buah hati menyaring mana yang baik dan benar. Mana yang terlihat ‘benar’ padahal salah dan sebaliknya.

Cara paling baik juga kita berusaha memahami dunia mereka. Mencari tahu apa kesukaan mereka, siapa idola mereka. Kalau mereka mengagumiserorang idola, akan lebih baik sebagai orang tua kita ikut mencari tahu dan memperhatikan idolanya. Mereka suka Kpop, Jpop, Barat maka bukan hal tabu sebagai orang tua ikut gaul bersama mereka tanpa terkesan sebagai mata-mata.

Ini adalah salah satu cara sederhana yang bisa diterapkan oleh para orang tua untk mendukung program P4GN dari BNN dengan Indonesia Bergegas mewujudkan Indonesia Bebas Narkoba. Karena kelangsungan Negara ini di masa depan ada di tangan remaja-remaja dan buah hati kita semua. Sebenarnya bukan sekedar mendukun program BNN, tapi juga menjaga buah hati kita yang dipercayakan oleh Allah SWT pada kita sebagai orang tua agar terhindar dari jerat barang haram Narkoba.


Salam Anti Narkoba!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...